BERSABARLAH WAHAI SAUDARAKU
Oleh Ustadz Abu Rosyid Ash-Shinkuan
Senang, bahagia, suka cita, sedih, kecewa dan duka adalah sesuatu
yang biasa dialami manusia. Ketika mendapatkan sesuatu yang
menggembirakan dari kesenangan-kesenangan duniawi maka dia akan senang
dan gembira. Sebaliknya ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan
maka dia merasa sedih dan kecewa bahkan kadang-kadang sampai putus asa.
Akan tetapi sebenarnya bagi seorang mukmin, semua perkaranya adalah baik. Hal ini diterangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Sesungguhnya semua
perkaranya adalah baik dan tidaklah hal ini dimiliki oleh seorangpun
kecuali oleh orang mukmin. Jika dia diberi kenikmatan/kesenangan, dia
bersyukur maka jadilah ini sebagai kebaikan baginya. Sebaliknya jika dia
ditimpa musibah (sesuatu yang tidak menyenangkan), dia bersabar, maka
ini juga menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Kriteria Orang yang Paling Mulia
Sesungguhnya kesenangan duniawi seperti harta dan status sosial bukanlah
ukuran bagi kemuliaan seseorang. Karena Allah Ta’ala memberikan dunia
kepada orang yang dicintai dan orang yang tidak dicintai-Nya. Akan
tetapi Allah akan memberikan agama ini hanya kepada orang yang
dicintai-Nya. Sehingga ukuran/patokan akan kemuliaan seseorang adalah
derajat ketakwaannya. Semakin bertakwa maka dia semakin mulia di sisi
Allah.
Allah berfirman:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.” (QS.Al-Hujurat: 13)
Jangan Sedih ketika Tidak Dapat Dunia
Wahai saudaraku, ingatlah bahwa seluruh manusia telah Allah tentukan
rizkinya -termasuk juga jodohnya-, ajalnya, amalannya, bahagia atau pun
sengsaranya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam
perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (air mani) kemudian
berbentuk segumpal darah dalam waktu yang sama lalu menjadi segumpal
daging dalam waktu yang sama pula. Kemudian diutus seorang malaikat
kepadanya lalu ditiupkan ruh padanya dan diperintahkan dengan empat
kalimat/perkara: ditentukan rizkinya, ajalnya, amalannya, sengsara atau
bahagianya.” (HR. Al-Bukhariy dan Muslim)
Tidaklah sesuatu menimpa pada kita kecuali telah Allah taqdirkan. Allah Ta’ala berfirman:
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diri
kalian sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah
bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kalian jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kalian, dan supaya kalian
jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kalian.
Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan
diri, (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir.
Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka
sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS.Al-Hadiid: 22-24)
Kalau kita merasa betapa sulitnya mencari penghidupan dan dalam menjalani hidup ini, maka ingatlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tiada suatu amalan pun yang mendekatkan ke surga kecuali aku telah
perintahkan kalian dengannya dan tiada suatu amalan pun yang mendekatkan
ke neraka kecuali aku telah larang kalian darinya. Sungguh salah
seorang di antara kalian tidak akan lambat rizkinya. Sesungguhnya Jibril
telah menyampaikan pada hatiku bahwa salah seorang dari kalian tidak
akan keluar dari dunia (meninggal dunia) sampai disempurnakan rizkinya.
Maka bertakwalah kepada Allah wahai manusia dan perbaguslah dalam
mencari rizki. Maka apabila salah seorang di antara kalian
merasa/menganggap bahwa rizkinya lambat maka janganlah mencarinya dengan
bermaksiat kepada Allah karena sesungguhnya keutamaan/karunia Allah
tidak akan didapat dengan maksiat.” (HR. Al-Hakim)
Maka berusahalah beramal/beribadah dengan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan jangan membuat perkara baru dalam agama (baca:bid’ah).
Dan berusahalah mencari rizki dengan cara yang halal serta hindari sejauh-jauhnya hal-hal yang diharamkan.
Hendaklah Orang yang Mampu Membantu
Hendaklah bagi orang yang mempunyai kelebihan harta ataupun yang punya
kedudukan agar membantu saudaranya yang kurang mampu dan yang mengalami
kesulitan. Allah berfirman:
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.” (QS.Al-Maidah: 2)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan
dunia dari seorang mukmin, maka Allah akan hilangkan darinya satu
kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barangsiapa yang
memudahkan orang yang mengalami kesulitan maka Allah akan mudahkan
baginya di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib
seorang muslim, maka Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan
Allah akan senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut mau menolong
saudaranya.” (HR. Muslim)
Berdo’a ketika Sedih
Jika kita merasa sedih karena sesuatu menimpa kita seperti kehilangan
harta, sulit mencari pekerjaan, kematian salah seorang keluarga kita,
tidak mendapatkan sesuatu yang kita idam-idamkan, jodoh tak kunjung
datang ataupun yang lainnya, maka ucapkanlah do’a berikut yang diajarkan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidaklah seseorang ditimpa suatu kegundahan maupun kesedihan lalu
dia berdo’a: “Ya Allah, sesungguhnya saya adalah hamba-Mu, putra hamba
laki-laki-Mu, putra hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di Tangan-Mu,
telah berlalu padaku hukum-Mu, adil ketentuan-Mu untukku. Saya meminta
kepada-Mu dengan seluruh Nama yang Engkau miliki, yang Engkau
menamakannya untuk Diri-Mu atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang
dari makhluk-Mu atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu atau yang
Engkau simpan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu. Jadikanlah Al-Qur`an
sebagai musim semi (penyejuk) hatiku dan cahaya dadaku, pengusir
kesedihanku serta penghilang kegundahanku.” kecuali akan Allah hilangkan
kegundahan dan kesedihannya dan akan diganti dengan diberikan jalan
keluar dan kegembiraan.” Tiba-tiba ada yang bertanya: “Ya Rasulullah,
tidakkah kami ajarkan do’a ini (kepada orang lain)? Maka Rasulullah
menjawab: “Bahkan selayaknya bagi siapa saja yang mendengarnya agar
mengajarkannya (kepada yang lain).” (HR. Ahmad)
Juga do’a berikut ini:
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari gundah gulana,
sedih, lemah, malas, kikir, penakut, terlilit hutang dan dari
tekanan/penindasan orang lain.” (HR. Bukhariy)
Ilmu adalah Pengganti Segala Kelezatan
Di antara hal yang bisa menghibur seseorang ketika mengalami kesepian
atau ketika sedang dilanda kesedihan adalah menuntut ilmu dan senantiasa
bersama ilmu.
Berkata Al-Imam Al-Mawardiy: “Ilmu adalah pengganti dari segala
kelezatan dan mencukupi dari segala kesenangan…. Barangsiapa yang
menyendiri dengan ilmu maka kesendiriannya itu tidak menjadikan dia
sepi. Dan barangsiapa yang menghibur diri dengan kitab-kitab maka dia
akan mendapat kesenangan…. Maka tidak ada teman ngobrol sebaik ilmu dan
tidak ada sifat yang akan menolong pemiliknya seperti sifat al-hilm
(sabar dan tidak terburu-buru).“ (Adabud Dunya wad Diin)
Duhai kiranya kita dapat mengambil manfaat dari ilmu yang kita miliki
sehingga kita tidak akan merasa kesepian walaupun kita sendirian di
malam yang sunyi tetapi ilmu itulah yang setia menemani.
Contoh Orang-orang yang Sabar
Cobaan yang menimpa kita kadang-kadang menjadikan kita bersedih tetapi
hendaklah kesedihan itu dihadapi dengan kesabaran dan menyerahkan semua
permasalahan kepada Allah, supaya Dia menghilangkan kesedihan tersebut
dan menggantikannya dengan kegembiraan.
Allah berfirman mengisahkan tentang Nabi Ya’qub:
“Dan Ya`qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata:
“Aduhai duka citaku terhadap Yusuf”, dan kedua matanya menjadi putih
karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap
anak-anaknya). Mereka berkata: “Demi Allah, senantiasa kamu mengingati
Yusuf, sehingga kamu mengidapkan penyakit yang berat atau termasuk
orang-orang yang binasa.” Ya`qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada
Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari
Allah apa yang kalian tiada mengetahuinya.” (QS.Yusuf: 84-86)
Allah juga berfirman mengisahkan tentang Maryam:
“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan
kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan
anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata:
“Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu
yang tidak berarti, lagi dilupakan.” Maka Jibril menyerunya dari tempat
yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah
menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu
ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak
kepadamu.” (QS.Maryam: 22-25)
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai orang-orang yang sabar dan istiqamah dalam menjalankan syari’at-Nya, amin. Wallaahu A’lam.
Kamis, 22 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar